SEJARAH MENARA
MASJID KUDUS
Cerita mengenai sejarah Menara Kudus
adalah bermacam-macam. Ada yang mengatakan bahwa Menara kudus zaman dahulu
sebelum kedatangan Islam di tanah Jawa adalah tempat pembakaran mayat para
raja-raja atau kaum bangsawan. Ada pula
yang mengatakan bahwa, zaman dahulu di bawah menara itu terdapat kawah tempat
pembuangan atau penyimpanan abu para nenek moyang kita.
Ada pula pendapat bahwa , Menara Kudus merupakan
bekas candi orang Hindhu. Karena bentuknya hampir mirip dengan candi Kidal yang
terdapat di Jawa Timur. Di bawah menara Kudus, dahulu terdapat sumber kembar
(mata air). Sumber kembar tersebut memancarkan air hidup. Mata air tersebut
kemudian ditutup oelh para wali dan diatasnya didirikan sebuah menara masjid.
Sebab apabila tidak, katanya dapat merusak I’tikad orang.
Menara Kudus adalah buatan para wali
dengan batuan tenaga ahli dari India yang di beri bentuk sesuai dengan adat
istiadat serta kepercayaan masyarakat yang hidup di kala itu dengan di beri
jiwa baru (Islam).
Menara Kudus memiliki ketinggian sekitar
17 meter dengan dasar berukuran 10 m x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias
dengan piring-piring bergambar yang jumlahnya 32 buah. Dua puluh diantaranya
berwarna biru serta berlukiskan masjid manusia dengan unta dan pohon kurma.
Sementara, 12 buah piring lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang.
Didalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jata yang mungkin dibuat
pada tahun 1895 M. Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan
dengan kesenian Hindhu-Jawa karena bangunan menara Kudus terdiri atas 3 bagian
yaitu : 1. Kaki, 2. Badan , 3. Puncak Bangunan.
Kaki dan badan menara dibangun dan
diukir dengan tradisi Hindhu-Jawa. Dilihat pada penggunaan material batu bata
yang dipasang menumpuk tanpa perekat semen. Konstruksi tradisional Jawa dapat dilihat pada
bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati
dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap. Di puncak atap tajung terdapat semacam mustika (kepala)
seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di
Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindhu.
Menurut informasi yang kami dapatkan,
bahwa sumur yang berada dibawah menara adalah memiliki fungsi sebangai pengatur
suhu atau temperature pada dalam menara tersebut agar suhu dalam menara tetap
terjaga dari kondisi panas dingin atau keadaan cuaca.
Menara Kudus bertempat dekat dengan
Masjid menara. Menara Kudus terletak di desa Kauman, Kecamatan Kota Kabupaten
Kudus Jawa Tengah.
Masjid menara Kudus merupakan salah satu peninggalan sejarah, sebagai
bukti proses penyebaran islam di tanah jawa. Masjid menara kudus menjadi bukti
bagai sebuah perpaduan antara kebudayaan islam dan kebudayaan hindhu telah
menghasilkan bangunan yang tergolong unik dan bergaya arsitektur tinggi. Masjid
menara Kudus berdiri pada tahun 1459 M / 956 H. Terlihat dari batu tulis yang
terletak yang dipengimaman masjid yang bertuliskan dan berbentuk bahasa arab
yang susah dibaca, karena banyak huruf-huruf yang rusak.
Batu tersebut
berperisai dan ukuran perisai tersebut adalah panjang 46 cm dan lebar 30 cm.
Batu tersebut berasal dari Baitulmakdis di Yerussalem- Palestina. Dari kata
Baitulmakdis (Al Quds) muncul nama Kudus yang artinya suci, sehingga masjid tersebut
dinamakan masjid Kudus dan kotanya dinamakan kota kudus.
Karakteristik
masjid menara kudus yaitu terdiri dari 5 buah pintu sebelah kanan dan 5 buah
pintu disebuah kiri. Terdapat 4 buah jendela. Pintu besar terdiri dari 5 buah
dan tiang besar di dalam masjid berasal dari kayu jati 8 buah. Masjid yang sekarang
tidak sesuai dengan aslinya, lebih besar dari semula, karena tahun 1918
direnovasi. Masjid
tersebut kemudian diberi serambi depan yang di bangun pada tahun 1344 H. di
tambah dengan bangunan serupa serambi paling depan dengan gubah menurut style
India pada tanggal 5 November 1933 bertepatan dengan tanggal 16 Rajab 1352 H. Di dalamnya terdapat kolam masjid yang berbentuk padasan
yang dijadikan sebagai tempat wudhu. Namun sampai sekarang masih menjadi
pertanyaan apakah kolam tersebut peninggalan jaman hindhu atau memang di buat
oleh sunan kudus. Di dalam masjid terdapat 2 buah bendera yang terletak di
kanan kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat
sebuah pintu gapura yang disebut “lawang kembar” dari sejarah gapura tersebut berasal
dari bekas kerajaan majapahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar